Pandangan Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajarnya
teori belajar behavioristik mempelajari proses belajar sebagai
hubungan stimulus-respon, teori belajar kognitif merupakan suatu bentuk
teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual.
Jean Piaget (1896-1980)
, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin
komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya
daya
pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.
Menurut Piaget, proses belajar terdiri dari 3 tahap, yakni
1. asimilasi,
Asimilasi adalah proses
pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
2. akomodasi
Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam siatuasi
yang baru.
3. equilibrasi (penyeimbangan).
equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini
menjadi empat yaitu,
Jerome Bruner (1915-2016)
perkembangan
kognitif manusia sebagai berikut:
1. Perkembangan intelektual ditandai dengan
adanya kemajuan dalam menanggapi
rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realis.
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan
berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain memalui kata-kata atau lambang tentang apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan
kepercayaan pada diri sendiri.
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua
dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan
alat komunikasi antara manusia. Untuk memhami konsep-konsep yang
ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan
suatu konsep kepada orang lain.
6. Perkembangan kognitif ditandai dnegan kecakapan untuk
mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan
yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai
situasi.
Bruner mengembangkan toerinya yang disebut free discovery
learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, toeri, definisi, dan sebagainya)
melalui contoh-contoh yang yang menggambarkan (mewakili) aturan yang
menjadi sumbernya
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan,
yaitu
1)Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam
upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.
Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2) Tahap ikonik, seseorang memahami obyek-obyek atau dunianya
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan
(tampil) dan perbandingan (komparasi).
3) Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasangagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak
belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak
sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia
tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media
dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih
diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
David Ausubel (1918-2008)
peserta didik akan belajar dengan baik jika isi
pelajaran (instructional content) sebelumnya didefinisikan dan kemudian
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik (advance
orginizer). Dengan demikian, mempengaruhi pengaturan kemajuan belajar
peserta didik. Advance orginizer adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik
Ausubel mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi, yaitu:
1. dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
yang disajikan pada peserta didik melalui penerimaan atau penemuan.
2. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan
informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada
Ciri-ciri belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan
Oldhan (1994) adalah sebagai berikut:
a) Orientasi, yaitu peserta didik diberik kesempatan untuk
mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik
dengan memberi kesempatan melakukan observasi.
b) Elitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya denegan
jalan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain.
c) Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain,
membangun ide baru, mengevaluasi ide baru.
d) Penggunaan ide baru dalam setiap situasi, yaitu ide atau
pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada
bermacam-macam situasi.
e) Review, yaitu dalam mengapliasikan pengetahuan, gagasan
yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah